Nama : Esmaya Regita
Kelas : 9 - 2
J Unsur Unsur Instrinsik Cerpen J
Sepatu
dari Sahabat
Cipt : NN
“Amanda, Amanda, tunggu aku
sebentar”. Sekolah baru saja usai, Amanda sedang berjalan pulang ketika
mendengar suara seseorang memanggilnya. Dia menoleh ke belakang. Terlihat Nisa
berlari mengejarnya dengan tergopoh-gopoh. “Ada apa Nisa?”, tanya Amanda keheranan.
“Begini, aku mau mengembalikan ini”,
kata Nisa sambil mengangsurkan sebuah tas plastik kepada Amanda. Amanda,
melihat isi tas plastik tersebut, lalu bertanya, “Lho, kenapa dikembalikan,
kamu tidak suka sepatu ini ya?” “Tidak, ee..., maksudku, aku suka sepatu itu.”
“Lantas mengapa sepatu ini kamu
kembalikan kepadaku, apakah kamu tidak memerlukannya?”, tanya Amanda
menyelidik. “Sebenarnya aku sangat memerlukan sepatu itu, tapi....”, suara Nisa
terhenti, dia ragu-ragu untuk meneruskannya. “Tapi apa Nisa?”, tanya Amanda
lagi.
Nisa teringat dengan kejadian kemarin. Ketika
itu, dia baru saja pulang dari sekolah. Saat masuk rumah, segera ditemuinya
Ibunya yang sedang memasak di dapur. “Bu…Bu… lihat”, katanya sambil
berjingkat-jingkat penuh kegirangan. Ibunya menengok sebentar ke arah Nisa,
kemudian kembali sibuk mengaduk-aduk masakannya di panci, “Lihat apanya?”
“Lihat ini dong Bu, bagus sekali kan”, kata Nisa sambil mengangkat kaki
kirinya, menunjukkan sepatu baru yang sedang dipakainya.
Ibunya menengok sekali lagi sambil
berkata, “Iya, bagus sekali sepatu yang kau pakai. Omong-omong, sepatu itu
pinjam dari siapa?” “Ah Ibu, ini sepatu milikku”, kata Nisa dengan nada
gembira. “O begitu. Lho, jadi kamu sudah membuka tabunganmu ya. Memangnya sudah
terkumpul banyak uang tabunganmu?”, tanya ibunya.
“Tidak, uang tabunganku masih utuh
di dalam celengan. Sepatu ini aku dapat dari Amanda. Dia yang memberikannya
untukku” “Ah masak sih, kok bisa begitu?”, tanya ibunya tidak percaya. “Ingat,
kamu jangan suka meminta-minta lho pada teman-temanmu”, lanjutnya. “Tentu tidak
dong Bu”, sergah Nisa,
“ceritanya begini: kebetulan Amanda membeli
sepatu baru minggu lalu, tapi ternyata sepatu itu kebesaran sedikit. Karena itu
Amanda menawarkannya kepadaku. Lantas aku coba, kok pas sekali untukku. Lalu
Amanda memberikannya untukku”. “Wah beruntung sekali kamu Nisa. Apakah ayah dan
ibu Amanda mengetahuinya?”, tanya ibu Nisa. “Tentu saja Bu. Mana berani Amanda
memberikannya tanpa sepengetahuan orang tuanya. Mereka baik sekali ya Bu”, kata
Nisa.
“Iya. Tapi ibu yakin Bapakmu tidak akan suka”,
kata ibu Nisa sambil tetap memasak. “Tidak mungkin dong Bu”, kata Amanda yakin,
“Bapak pasti juga akan gembira”. “Tunggu saja kalau Bapak pulang nanti”,
wanti-wanti ibunya.
Benar. Ketika ayahnya pulang ke
rumah setelah seharian mengemudi becak, Nisa langsung menyambutnya dengan
memamerkan sepatu barunya. Tapi jawaban ayahnya seperti perkiraan ibunya tadi.
“Apa? Kau diberi sesuatu lagi oleh temanmu. Cepat kembalikan. Kita sudah
menerima pemberian terlalu banyak dari mereka Nisa. Dulu tas dan peralatan
tulis-menulis. Bulan lalu seragammu juga diberi oleh ayah Amanda serta uang
sekolahmu dilunasinya ketika Bapak tidak punya uang. Sudah tidak terhitung lagi
pemberian mereka kepada kita”
“Tapi Pak, Amanda memberikannya dengan ikhlas
kepadaku”, kata Nisa membela diri. “Betul. Bapak tidak menyangkal ketulusan
hati mereka. Tapi ini sudah terlalu banyak. Mereka selalu membantu kita, tapi
apa yang bisa kita berikan kepada mereka? Tidak ada”, kata ayah Nisa dengan
sedih.
“Mereka tidak mengharapkan balasan
dari kita Pak”, kata Nisa mencoba meyakinkan ayahnya. “Tidak. Pokoknya sepatu
tersebut harus dikembalikan segera”, jawab ayah Nisa dengan tegas. “Dan jangan
menerima lagi pemberian mereka. Keluarga Pak Ahmad memang baik sekali, tetapi
kita tidak bisa terus-menerus menerima bantuan dari mereka tanpa kita bisa
membalasnya. Apa yang bisa kita berikan kepada mereka, mereka itu kaya sekali
dan tidak memerlukan sesuatu dari kita yang miskin ini”.
“Tapi Pak…”, Nisa mencoba menawar.
“Tidak ada tetapi, ini sudah menjadi keputusan Bapak. Sepatu itu sudah harus
dikembalikan besok”. “Ya Pak’, kata Nisa menyerah.
Amanda memandang wajah Nisa yang
sedih ketika menceritakan alasannya mengembalikan sepatu pemberiannya tersebut.
“Ya sudah, nggak usah sedih. Bagaimana kalau sepatu ini tetap kamu simpan saja,
tidak usah bilang ayahmu”, kata Amanda menghibur. “Tidak bisa. Aku sudah janji
pada Bapak untuk mengembalikan sepatu ini”, kata Nisa.
“OK. Aku simpankan dulu ya sepatu
ini, nanti jika ayahmu sudah tidak marah lagi, kamu boleh mengambilnya lagi”
“Baiklah Amanda, kamu baik sekali. Kamu memang sahabatku yang sejati”, kata
Nisa sambil memeluk sahabat karibnya itu.
Keesokan harinya, Amanda tidak masuk
sekolah. Nisa mencari-cari ke manapun di sekolah tapi Nisa tetap tidak tampak
juga. Pada jam pelajaran ketiga Pak Guru memberi pengumuman kepada murid-murid
sekelas Nisa: “Anak-anak, ada kabar buruk. Pak Ahmad, ayah Amanda mengalami
kecelakaan mobil pagi tadi. Beliau terluka parah dan sekarang berada di rumah
sakit memerlukan darah yang cukup banyak. Bapak akan segera meminta guru-guru
untuk mendonorkan darah bagi Pak Ahmad. Kalian dibolehkan pulang lebih awal.”
Anak-anak segera berebut keluar
kelas untuk pulang. Nisa juga segera keluar ruangan dan berlari menuju ke
tempat ayahnya biasa mangkal. Terlihat ayahnya masih duduk di atas becaknya
menunggu calon penumpang. Nisa bergegas menemuinya dan menceritakan pengumuman
Pak Guru tadi.
Mereka berdua segera menuju ke rumah
sakit dan menuju ke ruang gawat darurat di mana ayah Amanda dirawat. Setelah
ayah Nisa menjelaskan maksud kedatangannya, seorang kerabat Pak Ahmad
menunjukkan jalan ke ruang PMI untuk donor darah. Setelah darahnya diambil,
terlihat para guru sekolah Amanda berdatangan dan sebagian mendonorkan
darahnya.
Berkat sumbangan darah dari ayah
Nisa dan para guru, kondisi Pak Ahmad segera membaik. “Terima kasih banyak, Pak
Arif”, kata Pak Ahmad pada saat menengok Pak Ahmad di rumah sakit. “Berkat
bantuan Pak Arif, saya bisa pulih kembali seperti sediakala”. “Ah tidak Pak,
itu memang sudah kewajiban saya untuk membantu sesama. Apalagi kan selama ini
keluarga Pak Ahmad sudah sangat sering membantu kami, tanpa kami mampu
membalasnya”, kata ayah Nisa.
“Pak Arif tidak perlu memikirkan
untuk membalasnya. Kami melakukan semuanya selama ini dengan ikhlas. Nisa kan
teman Amanda yang paling akrab dan sering membantu Amanda dalam belajar dan
mengerjakan tugas-tugasnya. Saya kira itu sudah cukup. Karena itu terima kasih
Pak Arif telah menyelamatkan nyawa saya”, kata ayah Amanda sambil tersenyum.
“Sama-sama Pak, kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang tak
terhitungkan selama ini”, kata Pak Arif.
Nisa dan Amanda saling berpandangan
dengan gembira mendengar percakapan kedua orang tua mereka. “Kalau begitu,
boleh kan saya memberikan sepatu saya kepada Nisa”, tanya Amanda. “Tentu saja,
tentu saja Amanda. Begitu kan Pak Arif. Ini sebagai ungkapan terima kasih
kami”, kata ayah Amanda cepat-cepat. “Baiklah”, jawab ayah Nisa tidak mampu
menolaknya. “Horeeeeeeeeee”, teriak Amanda dan Nisa bersama-sama sambil
melompat-lompat gembira. “Ha….ha….ha.”, ayah ibu Amanda dan Nisa tertawa
berderai melihat kelakuan kedua anak itu.
Unsur
Unsur Instrinsik :
1. Tema :
Persahabatan
2.
Tokoh :
a.
Nisa
b.
Amanda
c.
Ibu
Nisa
d.
Ayah
Nisa
e.
Ayah
Amanda
3. Penokohan
:
a.
Nisa : Anak yang bersikap baik,
menerima apa yang diberikanan apa
yang sahabatnya berikan dan juga
merupakan anak yang keras kepala
a.
Amanda
: Sangat baik hati kepada
sahabatnya, tidak pernah pamrih menolong teman, bersikap tenang
b.
Ibu
Nisa : merupakan pendengar yang
baik, teliti dalam menyikapi segala hal, rajin, dan penasehat yang jujur
c.
Ayah
Nisa : Orang yang tidak mau
berpaku tangan pada orang lain, orang yang suka menolong
d.
Ayah
Amanda : Orang yang penolong, tidak
pamrih dan baik
4. Latar :
a. Tempat : Jalan Pulang,
Rumah, Dapur, Sekolah, dan Rumah Sakit
b. Waktu : Kemarin, Keesokan harinya
c. Suasana
:
Sedih, Gembira, Mencekam, Tergesa gesa dan Berbahagia
5. Alur :
Alur Campuran (Maju, Mundur, Maju)
6. Sudut
Pandang : Orang ketiga
7. Amanat
: Kita tidak boleh
bersikap pamrih kepada siapapun, terutama sahabat kita. Janganlah suka berpaku
tangan keorang orang disekitarmu Dan kita juga harus selalu bersikap baik
kepada setiap orang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar